Aku melewati hari-hari dengan beristirahat di kamarku. Nonton bokep Apakah kamu bersedia?” tanya Sabrina. Lalu bibirnya yang tebal dan kasar memagut bibirku. Aku menangis sejadi-jadinya menyesali keperawananku yang direngutnya tepat di hari ulang tahunku yang ke-17 itu. Tak ada pemaksaan kali ini. Tetapi aku tak ambil pusing akan soal itu. Mana mungkin aku hidup tanpa dirinya. Saat di luar benda di selangkangannya itu mampu melenting seratus delapan puluh derajat hingga menampar perutnya. Itu adalah kali ke pertama kami bersetubuh setelah pernikahan kami. Blesssssss! “Mamang tidak marah pada Sabrina, kan?”tanyaku. Memberiku ciuman yang ketat. Syair lagu terus mendayu ditelingaku…kokoro kara kimi wo aishiteru…seiring hentakan kontol hitam-tua-nya ke vagina bule-ku. Saat itu hatiku memang sedang kesal. Benar sekali apabila mbak Narti mengumpamakan mang Gimin bagai seekor kuda tua yang liar. Aku sempat menangisi perpisahan itu. Apa yang harus kulakukan sekarang?
