Sambil tersenyum manis
ia berkata,setengah berbisik, “Nanti saja..” Sambil memeluk dan menciumku
dengan hangat dan membalikkan posisinya sehingga aku berada di atasnya. Bokeb Kemaluanku
tergantung dengan santainya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, “Ini kesempatan,” pikirku.Aku terus mengeringkan kepalaku dengan handuk sehingga
mataku tertutup dan pura-pura tidak tahu kalau Mbak Tati mendatangi kamarku. Namun
nafas Mbak Tati yang memburu dan tubuhnya terbaring dengan lunglai. Akupun tampaknya terlena juga. Aku
baringkan di tempat tidurku, dengan posisi telentang, memberikan kesempatan
bagi Nana untuk menikmati bagian tubuhku yang sangat kubanggakan itu. Tampak masih lumayan seret,
sehingga tidak semuanya langsung bisa menghujam ke dalam liang kewanitaannya. Aku
terlentang di sampingnya. Ketika kusibakkan, kulihat warna merah menantang, sedangkan lendirnya
sudah banyak mengalir ke sprei batiknya. Namun segera kuciumi mulutnya agar jeritan itu
tidak terdengar tetangga.Orgasme Nana lama sekali, seperti orang kesurupan, kepalanya
kupegangi kuat-kuat agar mulutnya tidak lepas dari ciumanku. Dan
yang menjadikan aku sangat bernafsu adalah karena statusnya yang janda beranak
satu.Disuatu sore, menjelang malam, ketika baru datang dari
kampus untuk konsultasi skripsi, kudapati rumah Mbak Tati (begitulah panggilan
Sekretaris Desa yang rumahnya kutempati itu) tampaknya sepi.