Itu yang ada di otakku. Bokep jilbab Matahari pagi begitu terik. Tanpa perhitungan.”
Senyumku berubah kecut. dengan dada berukuran 34B. Tapi rumah siapa ini? Tampaknya ia baru selesai mandi. Uang kita bagai setumpuk kertas gurauan dengan angka nol berderet-deret.Pukul 2 lewat. What I need now is you in my bed.Jam 14.30 aku kembali ke kantor. Lima menit aku terbengong-bengong sendiri. Tempat ini sejarah bagiku. Ia tersenyum lalu berjongkok dan membuka ritsluiting celana panjangku. “Den ditunggu non Felly, katanya aden disuruh masuk.”
“Iya Bik.”Aku merapihkan pakaianku, berjalan mengikuti bibik tua itu ke dalam. Aku sudah beres-beres ketika interkom itu berbunyi lagi. “Hey Ricky.”
Aku mendongakkan kepala. Aku bukan remaja frustasi yang melarikan diri ke dalam alkohol. “OK, sambungkan..!” Entah mengapa lidahku sulit diajak kompromi kalau sudah soal Felly. Tidak dapat dipungkiri.3 kali kami melakukannya malam itu. Leave her Alone..!” “He eh.”
“Tunggu di sini sebentar.” Ia berkata itu lalu berjalan menuju kawan-kawannya.
