”KARTOLO KEPARAT!” teriakku tiba-tiba. Bokeb Tangannya memegang kepalaku, tanpa sadar mengelus ? Dan tanpa minta ijin lagi, kuseruduk mulutnya dan kucium dgn nafsu berat.Kurasakan si Juminten berdiri kaku seperti kSara, tampak sangat kaget dgn seranganku itu. Dukun adalah aktor yg harus dapat membuat pasien setengah mati percaya dan tergantung padanya, dgn segala cara dan tipu daya.Pada mulanya beberapa orang datang minta tolong padaku, katanya menderita sakit aneh, pusing-pusing yg tidak tersembuhkan. Supaya ngelmu hitamnya dapat kesedot keluar”. Terus terang, aku tidak merasa mendapatkan pengalaman aneh apapun selama mengikuti segala kegiatan itu. Tubuh Juminten terasa bergoyg- goyg, semakin lama semakin keras. Si Juminten sekarang mengangkat kepalanya, raut wajahnya tampak sangat gelisah. Untung aku belum berkeluarga, kalau tidak pasti tambah repot karena harus menghadapi omelan dan gerutuan istri.Dalam keadaan sebal itulah aku bertemu dgn Kakek Ngadimin, kakek tua yg dgn gagahnya memproklamasikan diri sebagai orang pintar paling tersohor. Kartolo adalah tetangganya yg sudah punya istri dua dan anak segerendeng, namun masih hijau matanya kalau melihat wanita
