Kuketuk pintunya yang terbuka setelah seorang mahasiswa yang sedang bicara padanya pamitan. “Tenang cuma karyawan mengantar surat ini kok, yuk terusin lagi Dik.”
Lalu dengan cueknya aku melepaskan baju dan rokku yang sudah terbuka hingga telanjang bulat di hadapannya. Brazzers hampir sedikit lagi masuk seluruhnya tapi nampaknya sudah mentok di tenggorokanku. Aku memikirkan rencana untuk menggodanya dan menetapkan waktunya, yaitu sore jam 5 lebih, biasanya jam itu kampus mulai sepi dan dosen-dosen lain sudah pulang. Benda itu bergetar hebat diiringi desahan pemiliknya setiap kali lidahku menyapunya. Terlintas di pikiranku sebuah cara gila, mengapa aku tidak memanfaatkan sifat cunihinnya itu untuk menggodanya, aku sendirikan penggemar seks bebas. Dia menjatuhkan pantatnya disana, namun dia mencegahku ketika aku mau duduk, disuruhnya aku berdiri di hadapannya, sehingga kemaluanku tepat di depan wajahnya. Hingga akhirnya batang itu semakin berdenyut diiringi suara erangan parau dari mulutnya. Sebisa mungkin aku menjaga suaraku agar tidak terlalu keras, tapi tetap saja sesekali aku menjerit kalau sodokannya keras.