Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.“Mas Booob… kamu nakal…. Bokep stw indah sekali… sungguh… enak sekali,” kata Ika lirih.Aku tidak memberi kata tanggapan. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.“Ah… ah… mas Bob… geli… geli …,“ mulut indah Ika mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Puas sekali saya. Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.“Mas Bob… Mas Bob…,” terdengar Ika memanggil lirih.Pintu kubuka. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala kontholku. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan
