Setelah agak mampu menguasai diri, meski tak sepenuhnya, kembali perhatianku ku tumpahkan ke aktivitas Nenek. Biasanya, mereka sambil bersiul di tempat mereka nongkrong, mengeluarkan kata-kata yang jorok, hingga seringkali Mbak Sekar hampir menangis bila kebetulan lewat dan di goda secara keterlaluan oleh mereka. Bokep china Temaram lampu teplok yang menempel di dinding dekat meja belajar Mbak Sekar, memberiku cukup sinar menjelajahi ruang pandang yang tergelar di radius satu meter di depanku. Sambil mengangkat gayung, lamunanku pun melayang mengingat kejadian semalam. Hanya saja yang mengundang decak kagumku adalah, di sini kutemui bulu-bulu seperti rambut yang sebagian besar berwarna putih seperti uban, tetapi cuma satu sisi yang tersisa. Aku yang saat itu usai menonton siaran TV hitam putih, merasakan udara begitu panas, membuat suasana menjadi gerah, kurang nyaman. “Jack..” ujarnya lirih, “Kamu tahu kenapa Mbak menyumpal kain ke Beha Mbak?”
Aku menggeleng tanda tak tahu. Saat menjelang tidur, telah ku ceritakan bagaimana perjuangan ku mencoba menundukkan penisku yang menegang. Biasanya saat-saat seperti itu adalah saat favoritku.
