Ibu Tiri Jepang Yang Menggoda Dan Tanpa Sensor

“Paahh…, ooghh, Paahh…, nikmaatt, yaangg… teruusss, aduuuhh…, ooggghh, eemmhh, gilaa…, emmhh”, mulai ramai lagi dia dengan lenguhannya yang semakin menambah semangatku untuk terus melumat, menjilat, menggigit-gigit kecil kemaluan dan klitorisnya, lidahku terus menggapai-gapai ke dalam kemaluannya dan sesekali menjilat lubang pantatnya, sehingga dia menggeliat dan melenguh keenakan. Bokeb Rambut dan bulu-bulu halus di sekitar jidatnya terlihat hilang, mungkin karena dikerok oleh perias pengantinnya. “Maahh…. Kubangunkan Ningsihku, dia terbangun kami sama-sama berciuman kembali walaupun belum gosok gigi. Kucatat nomor teleponnya dan aku berjanji untuk segera datang ke Bandung menemuinya, kasihan Ningsihku kesepian dan sangat merindukanku. Keringat kami membanjiri sprei hotel seperti habis mandi. “Hati-hati dengan perutmu sayang, nanti anak kita kejepit.” Ningsih tak peduli, dia terus merangsek dan menciumi seluruh mukaku dan kupingku sehingga seluruh tubuhku merinding dibuatnya. Aku paling bernafsu kalau melihat pantat Ningsih yang putih mulus dan bahenol turun naik di depan mataku sambil vaginanya terus menghisap-hisap batang penisku sampai amblas semuanya ke dasar kemaluannya. Maka ketika mobil kami meluncur di toll Jagorawi

Ibu Tiri Jepang Yang Menggoda Dan Tanpa Sensor

Related videos