Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Jam berapa aku berangkat. Bokep barat Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung. Pokoknya turun.“Kiri Bang..!”Aku lalu menuju salon. Aku pun segan memulai cerita. Aku tidak berpakaian kini. Dadaku berguncang. Masih ada esok. Baunya memang agak lain, tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.“Dik.., jangan dibuka lebar. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Dari atas: Turun. Bayar arisan. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku.
